Wednesday 27 April 2016

Gue Baper Parah

Satu bulan yang lalu gue main ke The Peak, salah satu tempat poto-poto yang instagramable di Parongpong. Oke, sebenarnya The Peak itu tempat makan. Tapi karena tujuan gue datang ke sana cuma buat poto-poto ngumpulin stock display picture BBM (dan kebetulan nggak laper juga), jadinya gue sebut tempat poto-poto. Hehehe.


Kalo dari segi tempat, menurut gue The Peak itu udah gokil parah. Hampir semua sudutnya bener-bener bisa bikin followers di Instagram ngiler. Waktu pertama datang, gue sendiri sempat bingung mau parkir di mana. Selain itu, meskipun lokasinya berada di dataran tinggi, tapi udara di The Peak adem banget. Berbeda dengan Stone Garden (Padalarang) yang pernah gue kunjungi beberapa bulan yang lalu, di sana bawaannya pengin nyebur ke kolam karena cuaca panas. Kalo di The Peak bawaannya pengin nyari pacar karena adem. Entah apa hubungannya.

Overall, kalo kamu termasuk traveller yang hobi nyari spot poto-poto buat dipamerin ke Instagram, gue rasa harus coba ke The Peak. Tenang, meskipun masuknya pake gerbang, tapi tetep gratis kok. Ini penting. Terutama buat gue yang waktu itu sisa duitnya cuma cukup buat beli batagor satu piring.

Tapi sekarang gue bukan mau bahas tempat poto-poto, tips travelling, ataupun batagor. Sumpah, nggak penting banget bahas batagor. Kalian tahu batagor? Itu singkatan dari Bakso Tahu Goreng. Tapi yang digorengnya cuma tahu sama pangsit. Di mana baksonya? Bahkan abang-abang yang jualan bakso tahu juga nggak jualan bakso. Kenapa ya? Harusnya mereka jujur dan to the point aja jualan Tahu. Nggak usah bawa-bawa nama bakso kalo emang nggak jualan bakso. Ya, ini kenapa jadi bahas bakso?

Oke maaf.

Ini pasti efek lapar yang membuat gue jadi kurang fokus. Gue kan mau bahas sesuatu yang penting. Malah bahas bakso. Masalahnya, kalo udah ngomongin bakso, gue jadi suka inget sama salah satu temen di sekolah yang sekarang jualan bakso. Namanya Nofa. Dia adalah salah satu siswa berprestasi di kelas gue. Nilainya selalu bagus. Tapi setelah lulus dari SMK Analis Kimia, dia milih jalan wirausaha menjadi penjual bakso. Padahal waktu itu sempat ditawarin kerja di salah satu industri kimia dengan gaji yang cukup buat bikin mantan nyesel dan langsung ngajak balikan.

Ngomong-ngomong soal mantan, gue bingung kenapa belakangan ini ada banyak meme (dibacanya mim) tentang "Dear Mantan" yang isinya gabungan poto selfie zaman dulu dan zaman sekarang. Menurut gue, orang-orang yang bikin meme (sekali lagi, dibacanya mim. Its mim. Not meme. Mim, oke?) ini kurang kerjaan banget. Ngapain coba, gabungin poto selfie zaman dulu dan zaman sekarang, terus ditulisin "Dear mantan, maafin aku yang dulu ya.." di mana potonya menunjukan bahwa yang sekarang jauh lebih cakep daripada yang dulu. Lo boleh cakep. Lo boleh move on. Lo boleh jago ngedit di Photoshop. Lo boleh selfie pake aplikasi Camera360. Tapi, dengan membuat meme (ya, mim) kayak gitu nggak akan bikin mantan lo nyesel kok.

Mantan lo nggak bego-bego amat kali. Dia bisa bedain mana wajah asli dan mana wajah modifikasi. Make up tuh pake bedak. Ini malah pake filter. Suram banget.

Aduh, kok jadi ngomongin mantan sih? Kayak nggak ada pembahasan lain aja. Mending kita bahas yang lain. Kayak misalnya bahas kenapa ada banyak bahasa di dunia. Kenapa? Gimana ceritanya setiap suku punya bahasa yang berbeda? Padahal kalo mempelajari sejarah, menurut agama gue, manusia pertama yang turun ke dunia itu nabi Adam. Dulu, nabi Adam tinggal di surga. Nah, sewaktu di surga, nabi Adam pasti berkomunikasi dengan mahluk lainnya dong? Dalam komunikasi itu, pasti ada bahasa yang digunakan. Bahasa apa? Gue nggak tahu. Tapi yang jelas, pasti bahasa itu yang dipake nabi Adam waktu tinggal di dunia. Jadi, harusnya seluruh manusia berkomunikasi dengan bahasa itu. Kenapa sekarang jadi ada banyak bahasa ya? Bukannya apa, masalahnya gue jadi suka repot kalo mau ngobrol sama orang luar negeri. Bayangin kalo gue mendadak bisa teleport ke Uruguay. Terus gue haus. Kan gue bingung mau ngomong apaan. Sedih banget mau minta air minum aja nggak bisa. Huhuhu.

Tapi ya udah sih, nggak penting juga. Toh gue nggak akan teleport ke Uruguay. Bukan karena gue nggak tahu bahasa Uruguay buat minta air minum. Tapi karena gue nggak bisa teleport aja. Gitu.

Ah pusing bahas bahasa. Bahas yang lebih gampang aja. Misalnya kenapa Bumi sering ditulis tanpa huruf kapital di awal. Kenapa? Padahal planet-planet lain seperti Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto, selalu ditulis kapital di awal. Kenapa Bumi nggak? Bumi itu bagian dari planet. Harusnya tetep ditulis kapital di awal. Kalian tahu kapital nggak sih? Bukan, kapital yang dimaksud dalam huruf itu bukan kapitalisme dalam politik. Kapitalisme dalam politik itu suatu paham yang menjunjung tinggi kebebasan akan individual. Negara yang menganut paham ini memebaskan rakyatnya untuk berbisnis sendiri-sendiri.

Kapitalisme bertolak belakang dengan komunisme. Kalo komunisme, paham yang menyamaratakan politik dengan dalih menjunjung tinggi kebersamaan. Jadi, semua bisnis adalah milik bersama. Bukan milik individu. Komunis itu beda lagi sama atheis. Kalo atheis, suatu paham yang tidak menerima konsep ketuhanan. Tapi bukan berarti penyembah Dajjal. Justru, atheis itu tidak menyembah apapun. Orang-orang atheis meyakini bahwa semua misteri di dunia ini ada teorinya. Dan karena mereka berkonsep teori ilmu pasti, maka tuhan dianggap tidak masuk akal. Padahal, kalo menurut gue, meskipun teori ilmu pasti itu benar, tuhan juga ada. Karena logika dan agama tidak bisa disamakan. Seperti quote Illuminati: "Sudahlah, jangan gabungkan agama dan logika. Karena jika dipaksakan, agama tidak akan pernah ada." Gue setuju sih. Kalo logika dan agama disamakan, kita nggak akan bisa nerima semuanya dengan akal. Logika itu pikiran, sedangkan agama itu kepercayaan. Dan tidak semua yang kita percayai harus bisa dicapai oleh pikiran. Contoh: kamu percaya bahwa kamu bisa sukses di masa depan?

Kenapa percaya? Padahal kamu sendiri nggak tahu besok-besok masih hidup atau nggak. Tapi kamu tetep percaya. Dan kalo ada yang bilang kamu bodoh gara-gara percaya bisa sukses di masa depan, pasti kamu marah. Kamu akan tetep membela kepercayaan kamu, sekalipun kamu nggak tahu kepercayaan itu bisa terwujud atau nggak. Karena bagi kamu, kepercayaan itu benar. Meski nggak tercapai oleh hasil pemikiran.

INI GUE DARI TADI NGOMONG APAAN SIH NGGAK JELAS BANGET KAYAK MASA DEPAN SI MANTAN.

Tuh kan, gara-gara nggak jelas, jadi balik lagi ngomongin mantan. Dan gara-gara ngomongin mantan, gue jadi baper. Aduh, niatnya mau bahas sesuatu yang penting, malah jadi nggak mood.

Ah kampret.

0 comments

Post a Comment