Monday 25 April 2016

Masih Sayang Sama Mantan

Beberapa hari yang lalu gue dapet curhatan dari salah satu temen. Dia udah lumayan sering curhat sih. Tapi kali ini agak menarik. Makanya gue jadiin materi postingan di sini.

Sebenernya, di awal curhat dia udah bilang jangan diceritain di blog. Ya, dia tahu kalo gue punya blog dan sering posting curhatan yang gue terima. Well, sekadar klarifikasi, gue posting curhatan kalian bukan mau ngumbar, tapi cuma mau sharing ke temen-temen pembaca yang barangkali mengalami hal serupa. Tapi kalo nggak mau dipublish juga nggak apa-apa. Gue bisa tutupin nama dan poto (kalo curhat via chat) kok. Karena yang penting adalah isinya. So, untuk curhatan kali ini gue coret nama dan poto orang yang curhatnya ya. :p

Ya, curhat via Instagram. Gaul.

Langsung aja, dia curhat gini:

"Awalnya aku ga sengaja liat message dia cerita ke temennyaaa dia bilang kalau dia belum 100 persen sayang sama aku dan masih sayang sama mantan pacarnya. Disitu aku ngerasa selama ini aku bareng bareng sama dia selama ini aku selalu ada buat dia tapi di mata dia aku itu ngga ada ka. Padahal jauh sebelum aku baca message itu dia bilang udh ilfiel bahkan udh males lah sama mantanya. Tapi dibelakang aku dia masih sayang sama mantanya."

Oke, first of all, gue mau bilang bahwa orang yang masih sayang sama mantan itu adalah orang yang belum bisa move on. Menurut gue sendiri, move on itu ada tiga:

1. Terlalu Lama Move On
2. Terlalu Cepet Move On
3. Bener-bener Move On

Terlalu lama move on adalah konsidi di mana putusnya bulan Januari 2016, tapi galaunya sampai bulan Agustus 2045. Orang yang kayak gini, mungkin nggak tahu bahwa di dunia ini ada milyaran manusia.

Kalo terlalu cepet move on adalah kondisi di mana belum putus, tapi udah nyari pacar lagi. Iya, orang yang selingkuh itu sebenarnya terlalu cepet move on. Tapi di beberapa kondisi, ada juga yang udah putus, udah nyari pacar lagi, tapi belum bisa nerima kepergian si mantan. Makanya cari pacar baru cuma buat pelampiasan atau pelarian.

Sedangkan bener-bener move on adalah kondisi di mana udah putus, udah bisa hidup bahagia, meskipun belum punya pacar lagi. Karena definisi move on adalah "bergerak maju" bukan "mencari pengganti". Jadi, move on nggak selalu harus punya pacar lagi, tapi yang penting bisa terus melangkah. Toh move on itu tentang bagaimana kita mengikhlaskan, bukan melupakan ataupun menggantikan.

Nah, sampai di sini, udah ngerti kenapa banyak orang yang salah mengartikan move on?

Ya, karena mereka males belajar bahasa Inggris. Jadinya mereka pikir move on itu punya pacar baru setelah putus.

Terus, gimana cara menghadapi pacar yang masih sayang sama mantannya? Gue nggak tahu cara lain yang lebih mudah untuk kasus kayak gini selain: tinggalin.

Iya, tinggalin. Soalnya kalo dilanjutin, kita cuma jadi mainan. Pernah PDKT sama orang yang baru putus? Coba deh perhatiin, mereka selalu berkesan wellcome. Orang yang baru putus sangat terbuka untuk cerita sama kita. Mereka sering banget ngomongin keburukan mantannya untuk dijadiin bahan obrolan. Dan mereka gampang banget dideketin. Tahu kenapa? Karena orang yang baru putus punya banyak unek-unek di hatinya. Mereka butuh pendengar setia untuk curhatannya. Mereka butuh bahu sebagai sandarannya. Karena mereka butuh obat untuk melupakan luka-lukanya.

Lalu, setelah luka mereka sembuh, apa mereka masih butuh obat? Enggak.

Itulah kenapa, orang yang baru putus, kalo udah mulai bisa nerima kenyataan, kadang nggak seasik waktu mereka galau. Nah, yang bahaya, kalo pas kita PDKT sama mereka, kita jadian sebelum luka mereka sembuh total. Mereka mau pacaran sama kita cuma karena mereka pikir kita bisa sembuhin luka-lukanya. Dan ini bego banget sih asli.

Orang yang sedang patah hati hanya butuh didengarkan, bukan diajak pacaran. Karena pacaran adalah komitmen membangun sebuah hubungan. Masalahnya, pacaran itu cuma berdua, kan? Nah, gimana caranya kita bikin komitmen untuk berdua dengan orang yang masih terikat pada orang lain? Jadinya bertiga. Inget, kalian mau pacaran, bukan boncengan kayak cabe-cabean.

Iya sih, kadang orang yang patah hati, ketika nemu pendengar setia atau bahu untuk bersandar, mereka merasa bahwa orang itu lebih baik dari mantannya. Orang itu lebih pengertian. Orang itu lebih bisa bikin nyaman. Tapi, bukan berarti orang itu harus diajak pacaran. Apalagi kalo masih belum bisa ikhlasin kepergian mantan. Kenapa? Karena ujung-ujungnya, kalo gagal nerima kenyataan, orang yang patah hati bakalan baru sadar satu hal: "Ternyata dia nggak lebih seru, melainkan hanya terlihat lebih baru." Dan momen inilah yang membuat gagal move on meskipun udah punya pacar lagi.

Contoh sederhana aja: ketika kita baru jadi siswa SMP, pasti masih sering inget sama temen-temen SD. Ironisnya, ketika kita ketawa sama temen baru, kadang kita masih suka bandingin kebahagiaan itu sama temen yang lama. Kita dipaksa untuk adaptasi dengan lingkungan baru, ketika kebiasaan masih melekat di masa lalu.

Tapi sekolah konteks-nya pertemanan dan melibatkan banyak orang. Beda sama pacaran yang cuma melibatkan dua orang.

***

Jadi, saran gue, kalo mau pacaran, kenali dulu siapa gebetan kalian. Kalo bisa, tanya-tanya apa penyebab dia putus sama mantannya. Karena terkadang alasan putus mereka bisa jadi penyebab kenapa hubungan kalian gagal di kemudian hari.

Dan buat orang-orang yang terlalu cepat move on, milih pacaran lagi ketika belum bisa ikhlas nerima kenyataan, gue cuma mau bilang satu hal: bodoh nggak segitunya.

Karena gue sendiri pernah mengalami hal itu dan merasakan dampaknya. Bisa dibaca di postingan: Ketika Cinta Kedaluwarsa.

Ya, segitu aja dari gue. Semoga membantu. Hehehe.

***

Mau curhat? Send me an email to: statuga@yahoo.com

Pasti gue bales!

0 comments

Post a Comment